Rabu, 04 Juli 2012

tewas medan bendungan Pdam tirtanadi

bendungan Pdam tirtanadi tempatnya di belakang Pdam Tirtanadi

Medan, (tvOne)
Bendungan milik PDAM Tirtanadi di Medan Sunggal kembali menelan korban jiwa. Setelah minggu lalu dua remaja tewas, kali ini seorang remaja wanita berusia 19 tahun tewas tenggelam saat mandi di bendungan tersebut, Minggu (17/6). Korban ditemukan tidak bernyawa setelah pihak keluarga dan sejumlah warga melakukan pencarian ke dalam bendungan itu.

Senin, 02 Juli 2012

pajus kota medan

Civitas akademik Universitas Sumatera Utara (USU) ternyata tak hanya piawai dalam menempah mahasiswa. Diluar itu, kampus ini ternyata ciamik dalam mengelola pasar perbelanjaan. Hasilnya pun luar biasa. Pasar itu kini jadi ikon belanja yang cukup tenar di kota Medan.
Ingat USU sudah barang tentu anda mengingat pajak USU (Pajus). Ya, pasar tradisional yang terletak di te-ngah-tengah komplek kampus yang pengelolaan juga dilakukan oleh pihak USU itu hadir memberi warna tersendiri dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Meski banyak yang mempertentangkan keberadaannya. Terbukti tempat ini mampu eksi dan berkembang bahkan dikenal masyarakat luas. Sedikit berbicara mengenai tempat ini. Sebelum disulap menjadi pasar, areal Pajus itu dulunya hanyalah lahan kosong berupa persawahan.
Ide kreatif menyulap lahan itu menjadi areal bisnis yang menggiurkan baru muncul pada tahun 1998, ketika reformasi baru saja mulai berkecamuk di negeri ini. Buntut reformasi itu buruk. Semua lapisan merasakan kebebasan yang kebablasan, termasuk kalangan mahasiswa.
Dampak yang dirasakan USU saat itu antara lain, maraknya aktivitas perdagangan hampir di seluruh pojok kampus. Di mana ada tempat kosong, di situ ada orang berjualan. Hasilnya, USU terlihat lebih mirip pasar malam.
Melihat kondisi itu Rektor USU Prof Chaeruddin Lubis, pun gerah dan me-ngangkat Kepala Ketertiban dan Keamanan Kampus baru bernama Wara Sinuhaji. Wara langsung ditugasi menertibkan pedagang-pedagang yang menjamur di kawasan USU.
Bukan pekerjaan mudah, tapi Wara tertantang. Brsama rekan-rekannya Wara pun berhasil meyakinkan para pedagang agar mau dikumpulkan dalam satu wadah. Wadah itu akhir-nya dikenal dengan nama Pajus.
“Mengenang proses kreatif pedirian Pajus, saya jadi teringat akan masa-masa yang cukup melelahkan. Beban moral, pikiran, hingga modal jadi hal utama yang menyulitkan,” kenang Wara, yang  ditemui belum lama ini.
Buah kerja keras selalu berakhir manis. Kini, tak jarang ada saja pihak yang tertarik melihat kesuksesan Pajus. Beberapa pihak Universitas di Padang dan Aceh sempat mengajukan profosal kerjasama, bagaimana me-ngelola hal serupa di kampus mereka masing-masing.
Puncak ketenaran Pajus menggelora ditahun 2007. Saat itu Pajus mulai santer hingga ke seluruh Sumatera Utara. Bahkan kini Pajus jadi salah satu ikon wisata belanja di Medan.
Civitas akademik Universitas Sumatera Utara (USU) ternyata tak hanya piawai dalam menempah mahasiswa. Diluar itu, kampus ini ternyata ciamik dalam mengelola pasar perbelanjaan. Hasilnya pun luar biasa. Pasar itu kini jadi ikon belanja yang cukup tenar di kota Medan.
Ingat USU sudah barang tentu anda mengingat pajak USU (Pajus). Ya, pasar tradisional yang terletak di te-ngah-tengah komplek kampus yang pengelolaan juga dilakukan oleh pihak USU itu hadir memberi warna tersendiri dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Meski banyak yang mempertentangkan keberadaannya. Terbukti tempat ini mampu eksi dan berkembang bahkan dikenal masyarakat luas. Sedikit berbicara mengenai tempat ini. Sebelum disulap menjadi pasar, areal Pajus itu dulunya hanyalah lahan kosong berupa persawahan.
Ide kreatif menyulap lahan itu menjadi areal bisnis yang menggiurkan baru muncul pada tahun 1998, ketika reformasi baru saja mulai berkecamuk di negeri ini. Buntut reformasi itu buruk. Semua lapisan merasakan kebebasan yang kebablasan, termasuk kalangan mahasiswa.
Dampak yang dirasakan USU saat itu antara lain, maraknya aktivitas perdagangan hampir di seluruh pojok kampus. Di mana ada tempat kosong, di situ ada orang berjualan. Hasilnya, USU terlihat lebih mirip pasar malam.
Melihat kondisi itu Rektor USU Prof Chaeruddin Lubis, pun gerah dan me-ngangkat Kepala Ketertiban dan Keamanan Kampus baru bernama Wara Sinuhaji. Wara langsung ditugasi menertibkan pedagang-pedagang yang menjamur di kawasan USU.
Bukan pekerjaan mudah, tapi Wara tertantang. Brsama rekan-rekannya Wara pun berhasil meyakinkan para pedagang agar mau dikumpulkan dalam satu wadah. Wadah itu akhir-nya dikenal dengan nama Pajus.
“Mengenang proses kreatif pedirian Pajus, saya jadi teringat akan masa-masa yang cukup melelahkan. Beban moral, pikiran, hingga modal jadi hal utama yang menyulitkan,” kenang Wara, yang  ditemui belum lama ini.
Buah kerja keras selalu berakhir manis. Kini, tak jarang ada saja pihak yang tertarik melihat kesuksesan Pajus. Beberapa pihak Universitas di Padang dan Aceh sempat mengajukan profosal kerjasama, bagaimana me-ngelola hal serupa di kampus mereka masing-masing.
Puncak ketenaran Pajus menggelora ditahun 2007. Saat itu Pajus mulai santer hingga ke seluruh Sumatera Utara. Bahkan kini Pajus jadi salah satu ikon wisata belanja di Medan. 

Jumat, 30 Desember 2011

aku

aku kalau sampai hidupku aku mau hidupku seratus tahun lagi
tidak juga kau tak peduli seduh sedang itu aku ini binatang jalang
malang dari perumputan yang dalam biar kulitku tembus peluru


aku ingin hidup seratus tahun lagi